CANDI JOGLO, GABUNGAN FILOSOFI BALI & JAWA DI PURWODADI

Adalah Muhadi, seniman asal Grobogan yang memiliki ide besar untuk membangun tempat wisata ini. Kocek pribadinya bersama teman-teman paguyubannya ini dipergunakan untuk investasi bermanfaat yakni membuat sesuatu yang mempunyai nilai edukatif. Dan Candi Joglo inilah yang sudah megah terbangun di atas lahan seluas 500 meter persegi di jalan Kartini, Krangganharjo, Toroh.

Secara arsitektur, Candi Joglo ini mengambil konsep Bali dan Jawa. Konsep Bali diperlihatkan dari gapura candi yang merupakan gapura Sriwedari. Sementara untuk konsep Jawa dibangunlah joglo dengan tiang-tiang pancang yang kokoh terbuat dari kayu jati. Terdapat tempat khusus untuk bermeditasi di dalam joglo ini.
“Kurang lebih sudah ada 300 seniman dari berbagai daerah baik dari Jawa Tengah, Jawa Barat maupun Jawa Timur bergabung dengan kami di sini,” kata Muhadi.
Simbol Joglo dan Candi khas Hindu, keduanya merupakan konsep akulturasi yang dibangun oleh Muhadi. Tidak hanya itu, Muhadi juga mengangkat konsep filosofi melalui medium-medium pengisinya. Pohon kamboja misalnya. Dalam filosofi Hindu, pohon kamboja dimaknai sebagai lambang kesetiaan. Sementara ukir-ukiran berbentuk Barongan merupakan akulturasi legenda Jawa dan Bali yang merupakan perwujudan nilai-nilai kebaikan dan keadilan.

Meskipun sudah lama didirikan, Candi Joglo ini akhirnya dikenal masyarakat, baik dari dalam maupun luar Purwodadi. Apalagi sejak adanya dukungan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Grobogan, Muhadi dan Edi, kawannya bersemangat untuk menambah berbagai side penunjang yang menarik para wisatawan.
“Rencananya memang akan diperluas main set-nya. Saya terpikir untuk membuat tempat wisata yang murah, meriah, tetapi bersifat edukatif,” tambah Muhadi. Tidak hanya itu, Muhadi juga memberikan konsep wisata pemberdayaan masyarakat. “Bisa dibilang konsep wisata kami ini bernuansa alam dan budaya. Mengangkat nilai-nilai sejarah juga dekat dengan alam karena di sisi kami ada sawah dan gunung,” tambah Muhadi.
Berbagai sarana dan prasarana juga ditambahkan untuk menunjang tempat wisata baru ini. Selain itu, berbagai program juga tengah dipersiapkan Candi Joglo ini. “Setiap tahun kami mengadakan Kirab Budaya. Setiap bulan Suro atau di tahun ini kami adakan September nanti. Selain itu kami juga membuka outbound untuk wisatawan. Seperti bulan lalu kami menerima kedatangan siswa TK dan kami ajak untuk belajar menanam padi di sawah, kemudian kami berikan nilai-nilai sosialnya dengan mengenalkan berbagai macam seni dan sejarah,” kata Muhadi.
Untuk masuk ke Candi Joglo ini kita cukup merogoh kocek Rp 5.000,- dan berhak menggunakan kain poleng khas Bali berwarna hitam dan putih serta selendang berwarna kuning yang diikatkan bersamaan kain tersebut. Sementara untuk menggunakan aksesori lain seperti ikat kepala cukup dikenakan tambahan Rp 2.000,- serta tarif parkir Rp 2.000,-
“Kami melihat momentum yang baik dari Candi Joglo ini yakni bisa dipergunakan untuk berswafoto, foto preweeding atau juga untuk pertunjukkan baik pop, dangdut, keroncong atau seni lainnya di pelataran,” pungkas Muhadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar